Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang

Manfaat Tidur Seranjang dengan Bayi




Manfaat Tidur Seranjang dengan Bayi



Tidur seranjang dengan bayi menyimpan berbagai manfaat, salah satunya lebih membangun attachment parenting (AP) antara orangtua dengan anaknya. Soal keamanaan tidur seranjang, tidak perlu diragukan. 


"Ibu memiliki insting untuk tidak menindih bayinya. Ini berbeda dengan suami atau anak-anak (kakak, misal), sehingga mereka tidak disarankan tidur bersama dengan bayi," tutur dr Hadining, SpA. "Dibandingkan sekamar, tidur seranjang lebih banyak memberikan manfaat karena orangtua dapat lebih dekat dengan anaknya. Tak ada kerugian atau sisi negatif tidur seranjang dengan bayi," tambahnya.


Berikut beberapa manfaat tidur seranjang dengan bayi:


* Saling mempererat hubungan.

Hubungan yang istimewa antara ibu dan anak dapat terjalin karena ada kedekatan. Jarak yang sangat dekat saat ibu dan bayi tidur berdampingan, menciptakan keselarasan. Karena, posisi ibu dan bayi saling bertemu muka, posisi hidung keduanya pun saling berhadapan. Pada saat ibu mengembuskan nafas lembutnya, maka akan dirasakan oleh bayi. Embusan nafas ibu ini mampu merangsang bayi menjadi lebih teratur dan baik.

Posisi tidur bayi yang dekat dengan ibu juga membuat sang buah hati dapat membaui aroma tubuh ibu dan memeroleh sentuhan hangat dengan lebih intens. Selain membuat lebih tenang, hal itu juga menurunkan stres pada bayi.


* Bayi tidur lebih tenang dan lelap.

Tidur berdampingan dengan sang bunda membuat bayi lebih tenang dan lelap. Kualitas tidurnya yang lebih baik ini akan berdampak pada tumbuh kembang bayi kelak. Berdasarkan penelitian, selama tidur semua sel tubuh manusia, termasuk sel otot, hati, ginjal, tulang sumsum, dan sel otak mengalami pemulihan. Hormon-hormon pun lebih aktif diproduksi. Semua itu penting untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi kerja otak.

* Kualitas dan kuantitas tidur ibu menjadi lebih baik.

Dengan tidur seranjang, ibu dapat segera menenangkan atau menyusui saat bayinya terbangun di tengah malam. Umumnya ibu dapat segera tertidur kembali dan keduanya bisa menyelaraskan siklus tidurnya satu dengan lainnya. Kondisi ini tentunya menguntungkan karena dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur ibu. 

Umumnya ibu sangat paham akan bayinya, sehingga posisi tidurnya tidak akan menganggu atau membahayakan bayinya. Hormon-hormon yang muncul saat bayi menyusu juga menimbulkan efek rileks, yang dibutuhkan ibu agar dapat tidur kembali.


* Lebih mudah menyusui.

Posisi berdekatan akan membantu bayi menyusu dengan lebih mudah pada sang bunda. Bayi yang menyusu pada malam hari juga membantu ibu terhindari dari payudara yang bengkak dan berdenyut-denyut. Berbagai gejala ini dapat menimbulkan mastitis (infeksi saluran ASI). Tidur bersama bayi juga menguntungkan bagi orangtua bekerja karena dapat membantu ibu menjalin kelekatan kembali setelah siang tidak bertemu dengan bayinya.

* Membantu perkembangan bayi.

Tidur seranjang memungkinkan bayi tidur dengan tenang dan lebih pulas. Ketika tidur, bayi mengalami pertumbuhan yang pesat. Bayi juga dapat menyusu lebih lama. Pengisapan tambahan ini memberikan lebih banyak hindmilk (ASI belakang yang biasanya mengalir setelah 15 menit menyusui). Hindmilk mengandung tinggi lemak dan merangsang produksi ASI.

* Mengembangkan kepercayaan antara orangtua dan bayi.

Tidur seranjang memungkinkan memberikan keyakinan pada bayi, ada ibu di sisinya yang selalu siap memenuhi keinginan buah hati tercinta dengan cepat dan tepat. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi bayi karena menjadi modal mengembangkan kepercayaan diri (self esteem) yang berperan membentuk kepribadian ke depan.

sumber : http://www.dechacare.com

Waspadai Efek Samping Penggunaan Dot




Waspadai Efek Samping Penggunaan Dot


Banyak ibu menyusui belum menyadari bahwa efek samping penggunaan dot bukan hanya membuat bayi berisiko mengalami binggung puting, tetapi juga membuat payudara mereka "kalah" dengan dot, sehingga produksi Air Susu Ibu (ASI) menjadi berkurang.


Demikian disampaikan Ketua Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI) Nia Umar saat acara talkshow di ajang Breastfeeding Fair 2012 yang berlangung di Grand Indonesia Shopping Town – Eastmall Level 2 (Exhibition Hall), Jakarta Jumat, (4/5/2012). 


"Ketika bayi menyusu lewat payudara, ia dapat mengatur jumlah susu yang mengalir dari payudara. Tetapi dengan botol, tanpa dihisap pun susu bisa mengalir lebih cepat. Inilah yang membuat bayi akhirnya menolak untuk menyusui lewat payudara ibunya," tuturnya.


Nia mengatakan, penggunaan dot untuk asupan makanan bayi kini sudah menjadi tren atau kebiasaan masyarakat Indonesia. Padahal kata Nia, pada tahun 60-an masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang kulturnya menyusui.


Gencarnya iklan dan promosi susu formula yang masuk, memiliki kontribusi dalam mengubah pola pikir dan norma yang selama ini sudah ada di masyarakat, sehingga aktivitas menyusui kalah dengan penggunaan dot atau botol. "Kita bisa perhatikan di mana-mana orang melahirkan dikasih hadiah botol. Padahal belum tentu dia butuh," tegasnya. 

Selama menyusui, bayi menggunakan rahang dan bibir untuk memompa dan mencekeram puting, sehingga membantu merangsang produksi ASI. Menyusu langsung dari payudara juga membantu pembentukan rahang dan gigi bayi sesuai dengan pertumbuhan fisiologis mulut. 


Tidak semua bayi, kata Nia, akan mengalami bingung puting. Beberapa bayi biasanya tidak memiliki masalah bila harus berganti-ganti menggunakan botol dan payudara. Cara terbaik yang dapat Anda lakukan adalah dengan terus memberikan ASI eksklusif pada bayi sebelum memperkenalkan botol pada 6 minggu pertama.


Berikut ini adalah tanda-tanda yang mungkin menunjukkan bayi Anda sedang bingung puting :


- Bayi menyodorkan lidahnya ke atas selama mengisap dan mendorong payudara keluar dari mulutnya


- Bayi tidak membuka mulut cukup lebar. Akibatnya bayi hanya akan mengisap ujung puting sehingga dapat menyebabkan nyeri puting


- Bayi menjadi rewel dan mudah marah karena ASI tidak mengalir semudah ketika dia menggunakan botol


- Pasokan susu para ibu sering berkurang karena bayi tidak menyusu dengan benar


sumber : http://www.dechacare.com

4 Hal yang Tidak Boleh Anda Katakan Pada Anak




4 Hal yang Tidak Boleh Anda Katakan Pada Anak

Maksud hati ingin mendidik anak supaya lebih disiplin, kuat dan bersikap baik di muka umum akan tetapi kok hasilnya selalu gagal. Sebenarnya kata-kata yang Anda pilih itu memengaruhi anak buat mematuhi Anda atau justru mengacuhkan.

1. "Jangan nangis"

Variasi kalimat yang lain: "Jangan sedih." "Jangan cengeng." "Jangan takut." Tapi anak-anak balita saat marah, takut, kesal pun menangis. Mereka tidak bisa selalu mengartikulasikan perasaan mereka dengan kata-kata. "Hal yang sangat wajar bagi orang tua ingin melindungi anak dari perasaan seperti itu," kata Debbie Glasser, Ph.D., direktur, Family Support Services di Mailman Segal Institute for Early Childhood Studies, Nova Southeastern University, Fort Lauderdale, AS. "Tapi mengatakan jangan tidak membuat anak merasa lebih baik, dan dapat juga mengirim pesan bahwa emosinya sesuatu yang terlarang." 

Sebagai gantinya Anda bisa mengatakan, "Kamu sedih tidak diajak bermain oleh Bayu?" atau "Kamu marah mainanmu direbut?" Dengan menamai perasaan, anak Anda akan belajar memberinya kata-kata untuk mengekspresikan dirinya. Sekaligus tanpa sadar mengajarkannya buat berempati. Pada akhirnya, dia akan menangis lebih sedikit dan menggambarkan emosinya sebagai gantinya.


2. "Coba contoh kakakmu/adikmu"

Mungkin tampak membantu jika anak Anda dapat melihat contoh nyata dari saudara kandungnya atau teman. "Rara pintar yah, bisa pake sepatu sendiri." Anak-anak berkembang dengan fasenya sendiri. Membandingkan anak Anda kepada orang lain menyiratkan bahwa Anda tak menginginkannya serta merusak kepercayaan dirinya. Sebaliknya, dorong prestasi dia saat ini: "Wow, kamu mencuci tangan sebelum makan tanpa mama minta, hebat!" Ingat membandingkan dengan saudaranya hanya akan memicu kekesalan dan membakar perasaan iri. Jangan heran kalau Anda justru dibuat pusing dengan pertengkaran mereka tiap hari.

3. "Berhenti atau mama pukul!"

Dalam mendisiplinkan anak, ancaman itu jarang efektif. Anda mengancam dengan peringatan seperti "Ayo berani ulangi lagi, Mama pukul!" Cepat atau lambat anak akan belajar bahwa ancaman itu tak pernah terjadi. Akhirnya ancaman Anda kehilangan kekuatannya. Lebih buruk lagi justru membuat Anda tambah frustasi, akhirnya malah memukul. Akan lebih efektif  jika melakukan pengalihan. Caranya  dengan membawa anak pergi dari situasi tersebut.

Misalnya, ia mengamuk di toko mainan karena tidak diturutin kemauannya. Daripada Anda bereaksi dengan membentak, mengancam, melotot, langsung saja ambil tindakan dengan menggendong anak Anda keluar dari toko, bawa ke tempat lain, lakukan time out setelah tenang beri pengertian. Cara ini terbukti lebih efektif.


4. "Tunggu sampai Ayah pulang!"

Pengasuhan tipe ini adalah jenis lain dari tipe mengancam. Seperti halnya mengancam, cara  ini tidak efektif. Bila Anda ingin pesan Anda sampai pada anak, disiplin harus dilakukan saat itu juga, bukan nanti. Saat anak Anda berulah, bersikap tidak baik, langsung beri konsekunsinya. Disiplin yang ditunda tidak mengajarkan konsekuensi tindakan salah pada anak. Kemungkinan besar yang terjadi saat si ayah pulang, anak Anda sudah lupa kejadian yang tadi. Akibat buruk lainnya, bila ini sering Anda lakukan, Anda akan kehilangan otoritas di mata anak Anda.


sumber : http://www.dechacare.com

Konseling Kebidanan













Komunikasi Interpersonal dalam Konseling


Definisi

Komunikasi Interpersonal adalahinteraksi orang-ke-orang, dua arah, verbal non verbal. saling berbagi informasi dan perasaan  antara individu dengan individu  atau antar individu di dalam kelompok kecil

Faktor-faktoryang menghambat Komunikasi Interpersonal Dalam Konseling

1. Faktor Individu
2. Faktor yang Berkaitan Dengan Individu
3. Faktor situasional
4. Kompetensi dalam Melakukan Percakapan



sumber: Yulifah,Rita.Tri Johan Agus Yuswanto.2009.Komunikasi dan konseling dalam kebidanan.Jakarta.Salemba Medika

Komunikasi Dalam Kebidanan

Komunikasi Dalam Kebidanan
      
      Komunikasi Terapeutik
  Pengertian 
Kualitas asuhan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan antara bidan dengan klien tersebut. Bila bidan tidak memperhatikan hal ini maka hubungan tersebut bukanlah menjadi hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang akhirnya mempercepat proses kesembuhan klien, tetapi kepada hubungan sosial biasa

Proses Komunikasi Terapeutik yang Efektif

Proses komunikasi terapeutik yang efektif antara bidan dengan klien dapat dibagi dalam empat fase. Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut
1. Fase Pra-Interaksi
2. Fase Orientasi
3. Fase Kerja
4. Fase Terminasi

Unsur-Unsur Dalam Membangun Komunikasi Terapeutik Yang Efektif



  • Berhadapan
  • Mempertahankan kontak mata
  • Membungkuk ke arah klien
  • Mempertahankan sikap terbuka
  • Tetap relaks
  • Isyarat vokal
  • Isyarat tindakan 
  • Isyarat obyek
  • Ruang
  • Sentuhan
Teknik Komunikasi Terapeutik Yang Efektif
  • Mendengarkan klien dengan penuh perhatian
  • Menunjukkan penerimaan
  • Menanyakan Pertanyaan yang terkait
  • Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
  • mengklarifikasi
  • Memfokuskan
  • Menyatakan hasil observasi
  • Menawarkan informasi
  • Memberikan kesempatan kepada klien untuk diam
  • Meringkas
  • Memberikan penghargaan
  • Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
  • Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
  • Menempatkan kejadian secara berurutan
  • Memberikan Kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya
  • Refleksi


sumber: Yulifah,Rita.Tri Johan Agus Yuswanto.2009.Komunikasi dan konseling dalam kebidanan.Jakarta.Salemba Medika